TEKNIK DAN STRATEGI HUMAS DALAM MELURUSKAN PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP CITRA PONDOK PESANTREN

AZRI YENI (1930103013)
Institut Agama Islam Negeri Batusangkar, Sumatera Barat, Indonesia
Email: azriyeni41@gmail.com

      Dalam kehidupan di zaman modern sekarang ini, pendidikan sangat diutamakan. Karena dengan pendidikan manusia mampu bersaing, begitu beragam lembaga-lembaga pendidikan yang telah berdiri di Indonesia, dari yang berbasis umum sampai yang berbasis keagamaan. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut berlomba-lomba menunjukan kualitas dan efektifitas dalam pembelajaran. Saat sekarang ini lembaga pendidikan tertua di Indonesia adalah lembaga pendidikan berbasis keagamaan atau lebih dikenal dengan sebutan pesantren. 
      Sejalan dengan perkembangan dunia yang semakin maju, masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dihadapkan pada berbagai pilihan, termasuk dalam menentukan pilihan lembaga pendidikan bagi putra-putrinya. Bagi mereka yang berpeluang memilih akan memilih lembaga pendidikan yang ideal. Lembaga pendidikan yang dipandang ideal itu adalah lembaga pendidikan yang mampu mengembangkan berbagai potensi siswa secara utuh, yaitu potensi spiritual, akhlak. 
      Seperti yang kita ketahui khusus nya di kalangan masyarakat, bahwa pandangan terhadap pondok pesantren mulai dijadikan sebuah ajang tempat penitipan anak oleh para orang tua yang tak sempat untuk memberikan perhatiaan dan pendidikan kepada anaknya. Jadi mereka beranggapan dengan memasukkan ke sebuah pondok pesantren maka mereka tidak repot lagi untuk mendidik anak mereka, mereka taunya keluar dari pondok anak mereka sudah menjadi baik dan sesuai dengan apa yg diharapkan. Sehingga masyarakat secara tidak langsung beranggapan bahwa pondok pesantren sebagai tempat penitipan anak dan tempat anak-anak nakal, dan setelah keluar dari pesantren, para orang tua berharap agar anaknya menjadi anak-anak yang baik, tetapi persepsi itu tidaklah seratus persen betul adanya.
      Dalam melaksanakan sosialisasi dan interaksi dengan pihak-pihak terkait, pondok pesantren melaksanakan komunikasi dua arah yang dibangun oleh pondok pesantren dengan publik, baik internal maupin eksternal, selain demi menjunjang tercapainya misi dan visi pondok pesantren, terkait hal tersebut beberapa pengelola pesantren, membentuk sebuah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat, seperti majelis ta’lim, kehumasan, yang nantinya akan mengurusi berbagai urusan dengan masyarakat baik internal maupun eksternal yang biasa disebut dengan humas (hubungan masyarakat).
       Humas menjadi suatu yang hal yang penting, dikarenakan adanya peranan humas yang begitu berarti terhadap kesuksesan dan kegagalan dalam pencapaian visi dan misi disebuah lembaga. Di Indonesia sendiri istilah humas sudah memasyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dengan penggunaan divisi humas pada setiap elemen masyarakat baik organisasi, sekolah, pondok pesantren, lembaga pemerintah maupun lembaga swasta. Hubungan masyarakat adalah pondasi awal di sebuah lembaga, yang akan mementuk image orang terhadap lembaga tersebut, dalam hal ini perlu adanya strategi program kerja humas.
       Sejalan dengan tugas dan fungsi humas  yang berpengaruh dalam kinerja humas yaitu kurangnya pemahaman masyarakat tehadap tujuan dan pengertian dari sebuah lembaga pesantren oleh karena itu banyak masyarakat beranggapan bahwa pondok pesantren itu merupakan tempat penitipan anak dan juga sebagai, oleh karena itu berbagai upaya telah dilakukan oleh pelaku humas agar pandangan  tersebut hilang dari masyarakat dan juga para orang tua dengan bijak memilih pendidikan untuk anaknya
       Ada sejumlah teknik dalam pengembangan lemabaga pendidikan yaitu:  teknik tertulis yang meliputi (pamflet, berita kegiatan peserta didik, dll), teknik lisan ( pertemuan, panggilan orang tau siswa, dll), teknik peragaan (adanya hubungan sekolah dan masyarakat dapat dilakukan dengan cara mengundang masyarakat melihat peragaan yang diselenggarakan oleh sekolah, pada kesempatan itu kepala sekolah atau guru juga pengasuh pesantren dapat menyampaikan program-program peningkatan mutu pendidikan dan juga masalah atau hambatan yang dihadapi dalam merealisasikan program-program tersebut) dan yg terakhir teknik elektronik. Faktor pendukung dalam kinerja humas terdiri dari berbagai aspek di antaranya terjalinnya komunikasi yang cukup baik antara pimpinan pondok pesantren terhadap bawahan/staf kepengurusan, maupun dengan masyarakat sekitar, dengan demikian jelas bahwa komunikasi yang berjalan dengan baik akan menimbulkan kinerja yang baik pula.
       Adapun strategi yang dilakukan humas yaitu: (Mengevaluasi visi, misi dan tujuan pondok pesantren, mengadaptasi kepentingan publik berkomunikasi secara efektif dengan publik, mengidentifikasi kebijakan stakeholder, mengidentifikasi keinginan publik, memberikan penyuluhan kepada masyarakat sekitar dan umum, tentang nilai-nilai keagamaan dan pentingnya perhatian orang tua terhadap pendidikan anaknya, mengumumkan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pondok pesantren, dan lain sebagainya).
       Komunikasi dengan masyarakat sekitar harus tetap terjaga dengan baik. Sesuai dengan tugas dari pelaku humas yaitu menjaga dan menciptakan citra positif terhadap pondok pesantren. Jadi dengan demikian jelas bahwa isu yang beredar di masyarakat tentang citra yang kurang baik terhadap pondok pesantren tidaklah benar adanya. Metode yang efektif dalam memberikan penjelasan dan pemahaman terhadap masyarakat, lebih kepada hal-hal yang bersifat sosial.
      Dalam membangun strategi humas yang perannya sangat penting disuatu organisasi tidak terkecuali di pondok pesantren. Dalam hal ini,salah satu strategi yang dilakukan oleh humas di pondok pesantren  dalam menciptakan dan memelihara suatu citra yang baik di masyarakat, yaitu dengan membentuk suatu departemen-departemen, yang salah satunya membahas dan menangani masalah kehumasan yang bertujuan untuk memelihara dan menciptakan citra yang positif terhadap pondok pesantren.
 










Daftar Referensi :
Cangara, Hafied. 2014. Perencanaan Dan Strategi Komunikasi. Jakarta. PT. Raja Grafindo.

Cutlip. Scott M.dkk. 2011. Effective Publik Relation. Jakarta: kencana.

Galba, Sindu. 2004. Pesantren Sebagai Wadah Komunikasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Indra, Hasbi. 2005. Pesantren dan Transformasi Sosia. Jakarta: PT. Penamadani.

Moore, H. Frazier. 1988. Hubungan Masyarakat. Bandung: Remadja Karya.

Tondowidjojo, John. 2002. Dasar Dan Arah Public Pelations. Jakarta: PT Grasindo.

Postingan populer dari blog ini

Metode dan Proses Belajar Mengajar Pada Masa Pandemi di Pondok Pesantren Sumatera Thawalib Parabek

Sejarah Perkembangan Humas Di Dunia dan Indonesia